Pada hari sabtu, tepatnya tanggal 13 desember, secara tidak sengaja sari brpapasan dengan gurunya bernama Ali Husyin dipertigaan jalan di martapura. Ali Husyin adalah guru tauhidnya sari, sewaktu bersekolah di pondok pesantren Al-Amin Pasayangan Martapura. Sewaktu bersekolah sari, lumayan dekat dengan Ali Husyin atau lebih sering di panggil Bapa Ali, tapi setelah lulus sekolah, hampir empat tahun, sari tidak pernah bertemu dengan gurunya tersebut. Sari tidak pernah melupakan gurunya, setiap sari bertemu dengan teman-teman sekolahnya, sari selalu menanyakan kabar gurunya yang telah pensiun tersebut , namun tak satu orangpun yang tau. Salah satu temannya menyarankan untuk berkunjung langsung ke rumah gurunya, namun sari menolak karena sari merasa malu, sari merasa dirinya belum menjadi apa-apa.
Pada suatu sore, ketika sari melewati daerah Martapura, sari melihat sosok yang seakan dikenalya. Sosok tua itu berambut putih ditutupi peci, dengan badan bugar menaiki sebuah sepeda ontel yang bersih. “Tidak salah lagi” sari berbicara dalam hati, “dia adalah Bapa Ali” sari mencoba membuka mulutnya ingin berteriak “Bapa!!!!” tapi mulutnya segera menutup bisu, sari segera sadar bahwa dia memakai celana jeans “aduh,,mengapa hari ini aku memakain jeans,,aduh” sari mengomel dalam hati. Sari tau pasti gurunya tidak akan suka anak yang memakai jens. Sari merasa takut membuat gurunya kecewa,, sehingga sari mengurungkan niatnya untuk menyapa gurunya. Disepanjang jalan sari hanya bisa berbicara dalam hati dengan perasaan bersalah,,gelisah,,dan resah. Sari berfikir mengapa rasa bersalahnya terasa lebih besar kepada Gurunya dari kepada Tuhannya, saripun segera menyadari dan mengucapkan “Astagfurullah hal a’zim”untuk meminta ampunan kepada Tuhannya.